Minggu, 29 September 2013

Hukum Berkurban

Hukum berkurban adalah Sunnah Muakkadah, bukan wajib. Hal-hal yang menunjukkan kesunnahannya adalah argumentasi-argumentasi berikut ini;

Pertama; Allah memerintahkan berkurban dalam Al-Qur'an. Allah berfirman;

Maka dirikanlah Shalat karena Tuhanmu; dan berkurbanlah
(Al-Kautsar;2)

Perintah Shalat dalam ayat di atas bersifat umum, mencakup Shalat wajib dan Shalat Sunnah sehingga tercakup pula Shalat 'Idul Fitri dan 'Idul Adha. Perintah berkurban juga bersifat umum yang mencakup kurban wajib, seperti Al-Hadyu karena Haji Tamattu' mapupun kurban Sunnah seperti Udhiyah yang dilakukan kaum Muslimin di luar tanah suci (Mekah). Karena itu, ayat ini menjadi dalil perintah berkurban, yang menunjukkan adanya dorongan dari pembuat Syariat sehingga digolongkan dalam amal yang bernilai Ma'ruf.

Kedua; perbuatan Rasulullah menunjukkan beliau melakukan dan mengamalkan amal berkurban. Bukhari meriwayatkan;

Dari Anas dia berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berkurban dengan dua ekor domba yang warna putihnya lebih dominan di banding warna hitamnya, dan bertanduk, beliau menyembelih domba tersebut dengan tangan beliau sendiri sambil menyebut nama Allah dan bertakbir dan meletakkan kaki beliau di atas sisi leher domba tersebut." (H.R. Bukhari)

Perbuatan Rasulullah sebagai mana ucapan beliau dan sikap diam beliau adalah dalil Syara'. Ketika Rasulullah melakukan aktivitas berkurban, dan mencontohkan pada umatnya, maka hal ini menguatkan dalil pertama bahwa berkurban adalah amal yang didorong oleh Syariat dan digolongkan sebagai perbuatan yang Ma'ruf. Rasulullah juga pernah memerintahkan seorang Shahabat berkurban, misalanya dalam Hadis berikut ini;

Dari 'Uqbah bin 'Amir Al Juhani dia berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah membagi-bagikan binatang kurban kepada para sahabatnya, sementara 'Uqbah sendiri hanya mendapatkan Jadza'ah (kambing yang berusia enam bulan, atau berumur empat tahun ke atas, atau sapi berumur tiga tahun ke atas), maka kataku selanjutnya; "Wahai Rasulullah, aku hanya mendapatkan Jadza'ah?" beliau bersabda: "Berkurbanlah dengannya." (H.R.Bukhari)

Beliau juga memuji penyembelihan hewan kurban yang dilakukan setelah Shalat 'Ied dan mensifatinya sebagai Ibadah yang sempurna. Bukhari meriwayatkan;

Dari Al Bara', bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa menyembelih (hewan kurban) setelah Shalat (Ied) maka ibadah kurbannya telah sempurna dan dia telah melaksanakan sunnah kaum Muslimin dengan tepat."
(H.R. Bukhari)

Nash-Nash ini menguatkan bahwa ibadah berkurban memang diperintahkan, dicontohkan, dan dipuji sebagai salah satu ibadah dalam Syariat Islam.

Ketiga; Rasulullah mengaitkan aktivitas berkurban dengan Irodah (kehendak/keinginan) Mukallaf. Imam Muslim meriwayatkan;

Dari Ummu Salamah bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Jika telah tiba sepuluh (dzul Hijjah) dan salah seorang dari kalian hendak berkurban, maka janganlah mencukur rambut atau memotong kuku sedikitpun." (H.R. Muslim)

Jika pada argumentasi pertama dan kedua penunjukan makna yang bisa ditangkap barulah adanya dorongan dan teladan untuk berkurban (yang masih belum menjelaskan apakah dorongan tersebut bersifat tegas/pasti/keras ataukah tidak), maka pada argumentasi yang ketiga ini, sifat dorongan tersebut menjadi diketahui. Rasulullah mengaitkan ibadah berkurban dengan Irodah/kehendak Mukallaf, bukan menetapkan tanpa memberi pilihan. Oleh karena itu Hadis ini menunjukkan bahwa berkurban hukumnya adalah Sunnah, bukan Wajib. Karena jika berkurban hukumnya wajib, niscaya Nabi tidak akan mengaitkannya dengan kehendak Mukallaf, kerana  sesuatu yang wajib harus dilaksanakan tanpa pilihan.

Keempat;  Rasulullah mendiamkan umatnya yang tidak berkurban tanpa mengkritiknya atau mencelanya. Abu Dawud meriwayatkan;

Dari Jabir bin Abdullah, ia berkata; saya menyaksikan bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam Shalat Idul Adha di lapangan, kemudian tatkala menyelesaikan khutbahnya beliau turun dari mimbarnya, dan beliau diberi satu ekor domba kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyembelihnya, dan mengucapkan: "BISMILLAAHI WALLAAHU AKBAR, HAADZA 'ANNII WA 'AN MAN LAM YUDHAHHI MIN UMMATI" (Dengan nama Allah, Allah Maha Besar, ini (kurban) dariku dan orang-orang yang belum berkurban dari umatku).
(H.R. Abu Dawud)

Dalam Hadis di atas Rasulullah berkurban untuk dirinya dan juga untuk umatnya yang belum berkurban. Penyebutan lafadz;

dan orang-orang yang belum berkurban dari umatku

Menunjukkan diantara umatnya ada yang belum berkurban. Penyebutan ini tidak disertai kritikan, celaan, apalagi ancaman terhadap mereka. Karena itu, Hadis ini semakin menguatkan bahwa berkurban hukumnya Sunnah, bukan wajib.

Kelima; sejumlah Shahabat sengaja tidak berkurban untuka mengajari kaum Muslimin dan generasi sesudahnya bahwa berkurban hukumnya tidak wajib.

Baihaqi meriwayatkan bahwa Abubakar dan Umar sengaja tidak berkurban agar tidak diduga bahwa berkurban hukumnya wajib.

"As-Syafi'i berkata: Telah sampai kepada kami bahwa Abu Bakar dan Umar tidak berkurban karena tidak suka diteladani sehingga orang yang melihat beliau berdua menduga bahwa berkurban itu wajib"
(H.R. Baihaqy)

Cukup jelas dalam riwayat di atas bahwa Abubakar dan Umar sengaja meninggalkan berkurban karena tidak suka jadi teladan yang disangka orang bahwa berkurban hukumnya wajib.

Memahami bahwa Abubakar dan Umar tidak berkurban karena beliau berdua tidak termasuk Mukallaf yang wajib melakukan berkurban sulit  diterima, karena dalam lafadz riwayat jelas sekali disebutkan alasan tidak berkurban, yaitu  untuk memberi pemahaman kepada  kaum Muslimin (termasuk generasi dibelakang) bahwa  berkurban itu tidak wajib. Tidak  bisa pula difahami bahwa alasan Abubakar dan Umar meninggalkan berkurban adalah karena masyarakat umum memandang wajibnya berlaku umum tanpa membedakan antara yang mampu dengan  yang tidak. Alasan ini sulit diterima karena sama sekali tidak dinyatakan dalam lafadz riwayat. Yang ada dan cukup jelas adalah, beliau berdua meninggalkan berkurban  karena  khawatir berkurban itu dianggap wajib dari segi kewajiban itu sendiri, bukan khawatir pemahaman wajib yang mutlak meski tidak mampu. Lagipula alasan ini perlu ditinjau ulang dari segi bahwa Syariat tidak mungkin mewajibkan sesuatu kepada Mukallaf sesuatu yang ia tidak mampu melakukannya. Misalnya Haji yang jelas wajib. Syara' membebaskan bagi yang tidak mampu untuk tidak melakukannya.

Diantara Shahabat lain yang meninggalkan berkurban karena kahwatir dianggap wajib adalah Abu Mas'ud Al-Anshory. Baihaqy meriwayatkan;

"Dari Abu Mas'ud Al-Anshory beliau berkata: sesungguhnya aku meninggalkan berkurban padahal aku kaya, hanya karena khawatir tetanggaku melihat bahwa hal tersebut adalah keharusan bagiku"
(H.R. Baihaqy)

Ibnu 'Umar berfatwa, bahwa berkurban adalah Sunnah dan Ma'ruf. Bukhari meriwayatkan secara Mu'allaq dengan Shighot Jazim (tegas);

"Bab Sunnahnya berkurban. Ibnu Umar berkata; Berkurban itu Sunnah dan Ma'ruf"
(H.R.Bukhari)

Demikian pula Ibnu Abbas yang memerintahkan membeli daging untuk dibagi-bagikan, bukan berkurban dengan hewan secara langsung. Baihaqy meriwayatkan;

"Dari Ibnu 'Abbas bahwasanya beliau duduk-duduk dengan para muridnya. Kemudian beliau mengirimkan dua Dirham dan berpesan; belilah daging dengan uang itu kemudian katakan: ini adalah kurban Ibnu 'Abbas"
(H.R.Baihaqy)

Menurut Ibnu Hazm dalam Al-Muhalla, tidak ada satupun riwayat Shahih yang menunjukkan bahwa ada Shahabat yang mewajibkan berkurban. Ibnu Hazm berkata;

Tidak ada riwayat shahih dari seorang Shahabatpun bahwa berkurban hukumnya wajib (Al-Muhalla, vol 7 hlm 358)

Adapun riwayat yang tegas mengatakan bahwa berkurban wajib bagi Rasulullah dan Sunnah bagi umatnya, yakni seperti riwayat berikut ini;

Dari ibnu 'Abbas bahwasanya Rasulullah bersabda: Ada tiga hal yang wajib bagiku  dan Sunnah bagi kalian: Berkurban, Shalat Witir, dan dua rokaat Shalat Sunnah Fajar" (H.R. Ad-Daruquthni)

Maka riwayat ini tidak bisa dijadikan sebagai Hujjah karena termasuk riwayat yang Dhoif.

Catatan Terhadap Pendapat yang Mewajibkan Berkurban

Ada sejumlah dalil yang dijadikan dasar pendapat yang mewajibkan berkurban. Berikut ini pemaparan dalil-dalil tersebut sekaligus ulasannya.

Pertama; orang yang mampu berkurban tapi tidak berkurban dilarang Rasulullah untuk mendekati tempat Shalat Nabi dan kaum Muslimin. Ahmad meriwayatkan;

Telah menceritakan kepada kami Abu Abdurrahman telah menceritakan kepada kami Abdullah bin 'Ayyasy dari Abdurrahman bin Hurmuz Al A'raj dari Abu Hurairah, dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam Bersabda: "Barangsiapa mendapatkan kelapangan dalam rizki namun tidak mau berkurban maka janganlah sekali-kali mendekati tempat Shalat  kami."
(H.R. Ahmad)

Dari Hadis ini difahami; Rasulullah melarang mendekati tempat Shalat, yakni ikut Shalat Ied bersama Nabi padahal Shalat Ied adalah amal kebaikan. Hal ini menjadi dalil bahwa perintah berkurban adalah perintah yang tegas, sehingga hukumnya wajib, bukan sekedar Sunnah. Apalagi jika memahami bahwa Shalat Ied hukumnya wajib dengan bukti Shalat Ied bisa menggugurkan Shalat Jum'at. Dilarangnya untuk menjalankan kewajiban menunjukkan merealisasikan syarat untuk menjalankan kewajiban itu hukumnya juga wajib. Suatu  kewajiban yang tidak sempurna pelaksanaannya kecuali dengan sesuatu, maka sesuatu itu menjadi wajib pula.

Jawaban argumentasi ini adalah sebagai berikut;

Menurut Syu'aib Arna-uth, Hadis di atas sanadnya Dhoif karena faktor seorang perawi yang bernama Abdullah bin 'Ayyasy yang dinilai sebagai perawi yang dhoif. Penilaian Al-Albani yang menghasankan Hadis ini dalam Takhrij Musykilatu Al-Faqr dinilai sebuah kesalahan oleh Syu'aib Arna-uth.

Kalaupun bisa dijadikan sebagai Hujjah, maka statusnya tidak melampaui status sebagai Hadis Mauquf sebagaimana pernyataan ibnu Hajar. Hadis Mauquf, tentu belum bisa menajadi dalil dalam pembahasan hukum Syara'. Ibnu Hajar mengatakan;

Hadis "Barangsiapa mendapatkan kelapangan dalam rizki namun tidak mau berkurban maka janganlah sekali-kali mendekati tempat Shalat  kami" diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Ahmad. Perawi-perawinya Tsiqoh namun diperselisihkan apakah Marfu' ataukah Mauquf. Status Mauquf lebih dekat dengan kebenaran sebagaimana  dinyatakan At-Thohawy dan selainnya (Fathu Al-Bary, vol 10, hlm 3)

Bahkan seandainyapun bisa dipakai sebagai Hujjah dalam kapasitasnya sebagai Hadis Shahih/Hasan yang dihukumi Marfu'pun, lafadz yang melarang mendekati tempat Shalat masih belum kuat difahami sebagai Qorinah/indikasi untuk menunjukkan kewajiban berkurban. Hal itu dikarenakan tidak ada lafadz lugas yang menunjukkan kewajiban melakukan berkurban sebagaimana dalam Nash-Nash lain ada perintah yang semakna dengannya dari segi kekuatan perintah/larangan namun status hukum finalnya bukan wajib atau Haram. Sebagai contoh misalnya, Rasulullah memerintahkan mandi Jum'at dan menyatakannya dengan lafadz yang mengesankan seakan-akan mandi Jum'at hukumnya wajib. Ahmad meriwayatkan;

Dari Abu Sa'id Al Khudri ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Mandi pada hari Jum'at hukumnya wajib bagi setiap orang yang telah mimpi basah (akil baligh)." (H.R.Ahmad)

Dalam Hadis ini mandi  Jum'at diperintahkan dengan pernyataan yang mengesankan bahwa hal itu adalah keharusan. Namun Nash-Nash yang lain menunjukkan bahwa mandi Jum'at bisa ditinggalkan tanpa celaan dari Rasulullah. Karena itu Jumhur ulama memahami bahwa Hadis ini tidak lebih menunjukkan Ta'kidul Istihbab (tekanan) anjuran sehingga status mandi Jum'at adalah Sunnah muakkadah, bukan wajib.

Demikian pula dalam kasus memakan bawang putih. Rasulullah pernah melarang orang yang memakan bawang putih untuk mendekati masjid Rasulullah. Bukhari meriwayatkan;

Dari Ibnu 'Umar radliallahu 'anhuma, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda saat terjadinya perang Khaibar: "Barangsiapa memakan dari pohon ini, yaitu bawang putih, maka jangan sekali-kali dia mendekati masjid kami."
(H.R. Bukhari)

Larangan mendekati masjid dalam Hadis ini tidak bermakna  haramnya orang memakan bawang putih, namun hanya bermakna ketidaksukaan terhadap bau bawang putih tersebut yang mengganggu Jamaah. Dari Hadis ini bisa difahami bahwa larangan mendekati masjid belumlah cukup menjadi Qorinah haram/wajibnya sesuatu.

lagipula hukum Shalat Ied adalah Sunnah, bukan wajib. Ketentuan bahwa Shalat Ied bisa membuat Shalat Jum'at boleh tidak dilaksanakan jika jatuh di hari Jum'at tidak menunjukkan wajibnya Shalat Ied, kerena kebolehan tidak melakukan Shalat Jum'at tersebut adalah Rukhshoh bagi Arab Badui agar tidak dua kali datang ke Madinah untuk melakukan Shalat Ied dan Shalat Jum'at dalam satu hari. Lagi pula safar juga membuat musafir boleh tidak melakukan Shalat Jum'at, namun hal ini tidak menunjukkan safar hukumnya wajib.

Oleh kerana itu sejauh-jauh yang mungkin difahami terkait hukum berkurban yang memakai riwayat ini dan yang semakna dengannya adalah adanya unsur Ta'kidul Istihbab (tekanan anjuran) dalam perintah berkurban, sehingga hukum berkurban bukan sekedar Sunnah tetapi Sunnah Muakkadah, namun tidak sampai wajib.

Kedua; Ada riwayat yang mengharuskan tiap rumah berkurban tiap tahun. Ahmad meriwayatkan;

Dari Abu Ramlah ia berkata, Telah menceritakannya kepada kami Mikhnaf bin Sulaim ia berkata, "Kami bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam saat beliau melakukan wukuf di Arafah. Kemudian beliau bersabda: "Wahai sekalian manusia! Sesungguhnya bagi  setiap rumah/keluarga, atau atas setiap anggota keluarga harus memberikan Adlaah (memotong kurban) dan 'Atiirah setiap tahunnya." Mikhnaf bin Sulaim berkata, "Tahukah kalian apa itu 'Atirah?" Ibnu 'Aun berkata, "Aku tidak tahu apa jawaban mereka waktu itu." Mikhnaf bin sulaim berkata, "(Atirah) Orang-orang mengatakan bahwa itu adalah binatang yang disembelih di bulan Rajab."
(H.R. Ahmad)

Jawaban argumentasi ini adalah sebagai berikut;

Menurut Syua'ib Arna-uth Hadis di atas sanadnya Dhoif karena Abu Romlah adalah perawi yang Majhul. Seandainya bisa dijadikan hujjahpun masih belum kuat menunjukkan kewajiban berkurban karena tidak ada lafadz lugas yang menunjukkannya.

Tambahan lagi, dalam Hadis itu yang diharuskan adalah dua hal yaitu  berkurban dan 'Atiroh (kambing yang disembelih di bulan Rajab). Padahal Hadis yang lebih shahih menegaskan bahwa Islam tidak mengenal 'Atiroh, tidak mensyariatkannya, dan tidak menganjurkannya apalagi sampai  mewajibkannya. Bukhari meriwayatkan;

Dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Tidak ada Fara' dan Atiroh." Beliau lalu jelaskan: "Fara' adalah anak pertama seekor unta yang mereka sembelih untuk sesembahan mereka, dan Atirah adalah hewan (kambing) yang mereka potong di bulan Rajab."
(H.R. Bukhari)

Abu Dawud juga meriwayatkan Hadis yang senada;

Dari Abu Al Malih, ia berkata; Nubaisy berkata; seorang laki-laki memanggil Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam; sesungguhnya kami dahulu menyembelih hewan pada sepuluh pertama Bulan Rajab pada masa Jahiliyah, maka apakah yang anda perintahkan kepada kami? Beliau berkata: "Sembelihlah karena Allah pada bulan apa saja, dan berbaktilah kepada Allah 'azza wajalla, serta berilah makan!"
(H.R. Abu Dawud)

Seandainya  berkurban hukumnya wajib berdasarkan Hadis Ahmad di atas seharusnya 'Atiroh juga wajib. Namun telah diketahui  bahwa 'Atiroh hukumnya tidak wajib.

Ketiga; perintah berkurban dalam surat Al-Kautsar digandengkan dengan perintah Shalat yang hukumnya wajib. Jadi berkurban juga wajib. Allah berfirman;

Maka dirikanlah Shalat karena Tuhanmu; dan berkurbanlah (Al-Kautsar;2)

Jawaban argumentasi ini  adalah sebagai berikut;

Jika perintah Shalat difahami sebagai perintah yang umum, maka Shalat tersebut mencakup Shalat wajib dan Shalat Sunnah. Karena itu, tidak bisa dikhususkan sebagai Shalat wajib saja. Jika difahami Shalat Sunnah, maka berarti berkurban digandengkan dengan perintah Sunnah sehingga hukumnya juga Sunnah.

Jika perintah Shalat dalam surat Al-Kautsar itu difahami sebagai Shalat Ied, maka Shalat Ied hukumnya juga Sunnah. Sehingga perintah berkurban yang menyertainya adalah perintah yang Sunnah juga.

Lagipula, tidak semua poin dalam satu ayat yang disambung dengan Harf 'Athof hukum Syara'nya sama. Sebagai contoh adalah ayat  berikut ini;

Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat Ihsan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan (An-Nahl; 90)

Dalam ayat ini perintah Adil hukumnya wajib. Perintah Ihsan hukumnya adalah Sunnah. Jadi tidak selalu poin-poin perintah yang di deret dalam satu ayat status hukum Syara'nya sama. Status hukum Syara' sebuah perintah atau larangan harus memperhatikan Qorinah-Qorinah lain dalam Nash-Nash yang lain.

Keempat; Rasulullah memerintahkan Shahabat yang berkurban sebelum Shalat Ied agar mengulangi  berkurban. Bukhari meriwayatkan;

Jundab bin Sufyan Al Bajali berkata; aku ikut menyaksikan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pada hari raya kurban, lalu beliau bersabda: "Barangsiapa menyembelih binatang kurban sebelum Shalat (Iedul Adha), hendaknya ia mengulangi kurbannya, dan barangsiapa belum berkurban hendaknya ia berkurban."
(H.R.Bukhari)

Imam Muslim juga meriwayatkan Hadis yang semakna;

Jundab bin Sufyan dia berkata, "Saya pernah ikut hadir Shalat Idul Adha bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, tidak lama setelah selesai Shalat, beliau melihat daging kurban yang telah disembelih, maka beliau bersabda: "Siapa yang menyembelih hewan kurban sebelum Shalat, hendaknya ia mengulanginya sebagai gantinya. Dan siapa yang belum menyembelih hendaknya menyembelih dengan menyebut nama Allah."
(H.R. Muslim)

Dari Hadis ini difahami, bahwa ketika Rasulullah memerintahkan mengulang berkurban berarti berkurban hukumnya wajib, sebagaimana Shahabat yang disuruh mengulang Shalat ketika meninggalkan rukun Shalat.

Jawaban argumentasi ini adalah sebagai berikut;

Perintah Rasulullah untuk mengulang berkurban adalah karena berkurban sebelum Shalat Ied hukumnya tidak sah, bukan menunjukkan kewajiban berkurban. Keabsahan suatu amal ibadah terkait dengan dipenuhinya Syarat dan Rukun, yang ini berbeda dengan pembahasan status wajib, Sunnah atau Mubahnya suatu perbuatan. Keabsahan ibadah adalah pembahasan kapan suatu amal bisa diharapkan diterima oleh Allah dan diganjar olehNya, sementara status wajib, Sunnah, Mubah adalah pembahasan apakah suatu perbuatan diperintahkan dengan tegas/keras/disertai ancaman, ataukan sekedar anjuran kebaikan tanpa disertai ketegasan/ancaman siksa.

Kelima; Ada Hadis yang menunjukkan Rasulullah melaksanakan secara konsisten dan terus menerus ibadah kurban. Ahmad meriwayatakan;

Dari Ibnu Umar ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tinggal di Madinah selama sepuluh tahun selalu menyembelih kurban." (H.R. Ahmad)

Terus menerusnya ibadah berkurban yang dilakukan Rasulullah menunjukkan bahwa perbuatan tersebut adalah wajib sebagaimana Shalat lima waktu dan puasa Ramadhan yang dilakukan terus menerus.

Jawaban argumentasi ini adalah sebagai berikut;

Muhammad Abdurrahman  Al Mubarokfury dalm kitabnya Tuhfatu Al-Ahwadzi mengatakan bahwa dalam sanad Hadis tersebut ada perawi yang bernama Hajjaj bin Artho-ah yang banyak melakukan kesalahan dan melakukan Tadlis. Al-Albany menilainya Dhoif ketika mentakhrij Sunan At-Tirmidzi, sebagaimana Syu'aib Arna-uth juga mendhoifkannya ketika mentakhrij Hadis dalam Musnad Ahmad.

Lagipula, merutinkan amalan masih belum kuat menunjukkan kewajiban sebagaimana Shalat Rowatib, Siwak, membaca Mu'awwidzatain juga dirutinkan Nabi namun hukumnya tidak wajib.

Keenam; Nabi memerintahkan berkurban karena berkurban adalah Sunnah Nabi Ibrahim, sementara mengikuti Millah Ibrahim hukumnya wajib. Ibnu Majah meriwayatkan;

Dari Zaid bin Arqam dia berkata, "Para sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah maksud dari hewan-hewan kurban seperti ini?" beliau bersabda: "Ini merupakan sunnah (ajaran) bapak kalian, Ibrahim." Mereka bertanya, "Wahai Rasulullah, lantas apa yang akan kami dapatkan dengannya?" beliau menjawab: "Setiap rambut terdapat kebaikan." Mereka berkata, "Bagaimana dengan bulu-bulunya wahai Rasulullah?" beliau menjawab: "Dari setiap rambut pada bulu-bulunya terdapat suatu kebaikan."
(H.R. Ibnu Majah)

Jawaban argumentasi ini adalah sebagai berikut;

Riwayat di atas tidak bisa menjadi Hujjah karena sanadnya Dhoif Jiddan. Di dalamnya ada perawi yang bernama Abu Dawud Nufai' bin Al-Harits Al-A'ma Al-Kufy  dan A'idzullah yang juga dinilai Dho'if.

Lagipula, mengikuti Millah Ibrohim, maksudnya adalah mengikuti dalam Tauhid. Sementara Syariat Nabi Ibrahim, bukanlah Syariat bagi umat Rasulullah.

Atas dasar ini, hukum berkurban adalah Sunnah Muakkadah bukan wajib. Namun pendapat yang mewajibkan adalah pendapat yang Islami  dan Syar'I untuk diikuti oleh kaum Muslimin yang sepakat dengan cara pengambilan hukumnya.

Diantara ulama yang berpendapat bahwa berkurban adalah Sunnah adalah; Suwaid bin Ghofalah, Sa'id bin Al-Musayyab, 'Alqomah, Al-Aswad, 'Atho', As-Syafi'i, Ahmad,  Ishaq, Abu Tsaur, Ibnu Al-Mundzir, Abu Yusuf, Al-Muzany, Dawud, An-nawawy, dan Asyhab.

Diantara ulama yang berpendapat bahwa berkurban adalah wajib  adalah; Abu Hanifah, Malik, Robi'ah, Ats-Tsaury, Al-Auza'y, Al-Laits , sebagian riwayat  dari Ahmad, dan Ibnu Taimiyah. Wallahua'lam.

Contoh Pidato Jawa : Hari Idul Adha


Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Bapak-bapak, Ibu-ibu saha sadherek-sadherek kaum muslimin wal muslimat ingkang kula kurmati.
Puja-puji syukur alhamdulillah mugi kunjuk ing ngarsaning Gusti Allah SWT. ingkang sampun paring berkah saha hidayah dhumateng kita, bilih ing dalu punika kula panjenengan sami saged niakempal wonten ing…………, kangge angrengengaken dinten ageng umat Islam dinten Iedul Adha utawi idhul kurban.
Bapak-bapak, Ibu-ibu saha sadherek-sadherek kaum muslimin wal muslimat, dinten ari raya idhul kurban punika mengeti kanjeng Nabi Ismail as. dipun sembelih tiyang sepuhipun inggih punika kanjeng Nabi Ibrahim as. minangka pangujining Allah SWT. dhumateng kanjeng Nabi Ibrahim as. kaliyan putranipun Ismail. Kados pundi ketakwaan saha sih katresnanipun kanjeng nabi dhumateng Allah SWT Awrat pundi tresnanipun dhumateng pangeranipun |punapa awrat tresnanipun dhumateng putranipun. Kanjeng Nabi Ibrahim mbutekaken bilih tresnanipun dhumateng Gusti Allah SWT langkung aageng tinimbang tresnanipun dhumateng ingkang putranipun Ismail. Pramila kanthis ikhlas nabi Ibrahim as. rila ngurbanaken putranipun. Kanthi kekuasaanipun Allah SWT. pramila Isamil dipun gantos satunggaling menda domba.
Saking kedadosan punika kita saged mendet hikmahipun.
Hikmahipun, kita manungsa kedah ikhlas ngurbanaken banda sahaya ingkang dipun kersakaken Allah Swt.
Kados pundi riwayat saha kedadosanipun ngengingi kanjeng nabi Ibarahim dalah putranipun, ing samangke saged dipun midhangetaken aturipun ……….ing adicara candakipun.
Wasana atur ambuka saking kula mboten perlu kula panjangaken. Cekap samanten kemawon atur kula, akhirulkalam bilahit taufik wal hidayah
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Contoh Sesorah Bahasa Jawa

Contoh pidato bahasa jawa dengan tema memperingati hari kartini.

Assalamualikum warahmatulah hiwabarakatuh

Ingkang kinurmatan Ibu Kepala SMKN 1 Magelang
Bapak soho ibu guru ingkang satuhu luhuring budi
Lan ingkang kula tresnani sanget rencang-rencang ugi adek-adek sedoyo.

Inkang rumiyin mugi kito sedaya sami-sami ngraosakin puji lan syukur kehadirat Allah SWT sehinggo ing wektu punika kito saget makempal ting mriki ing keadaan sehat lan mboten wonten alangan punapa-punapa. Ing wektu punika kula badhe pidato ingkang temanipun "mengeti dinten kartini", bapak/ibu lan rencang-rencang sedoyo mesti sampun ngerti sapa kuwi Kartini lan opo wae jasane tumrap bangsa lan negara, khususipun dumateng tiyang setri.

Ibu Kartini menika sampun nyedhiyani tuladha maring kito sedoyo khususipun tiyang setri, bilih jasanipun Ibu Kartini punika sakniki para tiyang estri saget ngrasaaken kebebasan ing sakjroning kehidupan utawa urip. Ndek mbiyen niku sing jenenge tiyang wadon gayange nggeh namung ting omah ugi nglayani bojonipun kiyambak, nanging amargo Ibu kartini memperjuangkan hak-hakipun wanita sahingga sakniki tiyang estri saget ngrasaaken sing jenenge bebas lan mboten ting nggriya mawon.

Atas jasa-jasanipun Raden Ajeng Kartini punika sakniki para kaum wanita saget bebas metu saking omah, saget nggolek panguripan kiyambak, saget bebas sekolah lan tasih kathah malih. Jalarain punika kula ngajak kalian rencang-rencang lan bapak soho ibu guru sedoyo supados ndadiaken pangeten dinten kartini punika dados dinten ingkang spesial lan saget ndadeake majune wanito Indonesia.

Cekap semanten anggen kula pidato, sak teruse kula donga maring sing kuasa supaya para wanito Indonesia saget dados wanita ingkang banggaaken dumateng bojone utawa tiyang kakung lan supados dadio wanito ingkang nggowo manfaat dateng Bangsa lan Negoro. Cekap semanten, yen anggen kula matur wonten lepate kula nyuwun ngapuro ingkang sak ageng-agengipun. Semogo dadio pidato niki nggowo manfaat dumateng sedayanipun, Bilahitaufik walhidayah..

Wassaamualaikum warahmatulah hiwabarakatuh

Jumat, 13 September 2013

Cerita Lucu Lawak Jenaka

Matamatik Vs Logik

Ada dua orang gadis yang cantik. Salah satu dari mereka cara berfikirnya
Matematik (M) dan yang satu lagi cara berfikirnya menggunakan Logik(L).
Mereka berdua berjalan pulang melalui jalan yang gelap, dan jarak rumah
mereka masih agak jauh. Setelah beberapa lama mereka berjalan, tiba-tiba
mereka perasan ada seseorang sedang mengekori mereka...

M : Awak perasan tak ada seorang lelaki yang sedang berjalan mengikuti
kita kira-kira sejak tiga puluh lapan minit yang lalu? Aku kuatir
dia bermaksud jahat.

L : Itu hal yang Logik. Aku rasa dia nak merogol kita la.

M : Alamak, dengan kecepatan berjalan kita seperti ini, dalam waktu 15
minit dia akan berjaya tangkap kita. Adoh hai, apa yang harus kita buat?.

L : Hanya ada 1 cara logik yg harus kita lakukan, iaitu berjalan lebih
cepat.

M : Itu tidak banyak membantu laa, macammana ni.

L : Tentulah tidak membantu, Logiknya kalau kita berjalan lebih cepat
dia juga akan berjalan lebih cepat.

M : Jadi, apa yang harus kita lakukan? Dengan kecepatan kita seperti ini
dia akan berhasil menangkap kita dalam waktu dua minit setengah je lagi...

L : Hanya ada satu langkah Logik yang harus kita lakukan.. Engkau ikut jalan
kiri dan aku ikut jalan kanan.

Setelah kedua gadis itu berpisah.. Ternyata lelaki tadi mengikut langkah
si gadis yang menggunakan logikal (L). Gadis matematik (M) tiba dirumah
lebih dulu dan dia kuatir akan keselamatan kawannya.

Tidak berapa lama Gadis Logik (L) datang.

M : Oh Syukur ya Allaaaaah.. Kawan aku tiba dengan selamat, Eh macamana
cerita engkau kena ikut oleh lelaki tadi?

L : Yelah, Setelah kita berpisah dia terus mengikuti aku.

M : Ya.. ya.. Tetapi apa yang terjadi kemudian dengan engkau?

L : Sesuai dengan logik aku, teruslah aku lari sekuat hati dan lelaki itupun
lari sekuat tenaga jugak.

M : Dan... dan..

L : Sesuai dengan logik, dia berjaya mendekati aku ditempat yang gelap...

M : Jadik.. Apa yang engkau lakukan?

L : Hanya ada satu logik yang dapat aku lakukan, iaitu mengangkat kain
aku tinggi-tinggi sampai nampak seluar dalam.

M : Alamak... jadik apa yang dilakukan lelaki tadi?

L : Sesuai dengan logik... Dia bukak tali pinggang, bukak zip dan londehkan
seluarnya...

M : Alamak... jadi apa yang berlaku?

L : Logik bukan, kalau gadis yang mengangkat kainnya larinya lebih cepat
dari pada lelaki yang berlari sambil seluarnya terlondeh, langkah aku besar,
tapi dia macam orang yang masuk pertandingan lari dalam guni... So akhirnya
aku terlepas dari lelaki itu.
=================================================================

Burung Diam

Di sebuah kedai menjual burung, terdapat 2 ekor burung kakak tua.
Kedua burung itu berbeza, yang satu suka bernyanyi dan yang satunya lagi hanya
diam saja, datang seorang lelaki ingin membeli burung kakak tua. Ia berkata
kepada si penjual burung.


Pembeli : Berapa harga burung kakak tua ini...??
Penjual: Kalau yang suka menyanyi itu RM500,sedangkan yang diam itu RM1000.
Pembeli: Ahhh...?? Kenapa yang suka menyanyi lebih murah dari yang diam.
Penjual: Yaa... memang berbeza,
yang berharaga RM1000 itu ialah pencipta lagunya.
Moral: Diam lebih baik dari berkata-kata.
================================================================

Pandai Budak Ni..

Ada seorang budak yang sedang bermain bola bersendirian. Ia menendang bolanya terlalu kencang dan memecahkan kaca tingkap rumah seorang wanita. Budak itu pun terus berlari ketika wanita itu keluar dan menjerit. Budak itu pun berfikir untuk datang mengambil bolanya semula. Ia lalu berfikir cara apa yang dapat dilakukannya.

Beberapa minit kemudian, budak itu pun mengetuk rumah wanita tadi dan berkata pada wanita tersebut, “Ayahku akan datang dan membetulkan tingkap tersebut.”

Dan memang datanglah seorang lelaki dengan kotak perkakas dan berkata pada wanita tersebut, “Maaf. Saya mau membetulkan tingkap anda…”

Wanita itu pun mempersilahkan lelaki tersebut masuk untuk membetulkan tingkapnya. Sedang lelaki tersebut membetulkan tingkap, budak tadi meminta bolanya kembali. Wanita itu pun memberikannya sambil berpesan agar lain kali hati-hati. Budak itu pun pulang.

Setelah selesai membetulkan tingkap, lelaki tadi terus meminta wang upah dari wanita tersebut. Wanita itupun terkejut dan berkata, “Bukankah anda ayahnya?”

Lelaki itu pun berkata, “Apa, bukankah anda ibunya?”

=======================================================================

TAPAI...

CIKGU: Along, cuba terangkan apakah tugas akar pokok pisang?

ALONG: Untuk mencari makanan, cikgu.

CIKGU: Bagus, sekarang giliran Neena pulak. Apakah tugas batang pokok pisang?

NEENA: Untuk membawa makanan yang dicari akarnya, cikgu.

CIKGU: Pun bagus jugak. Sekarang giliran Din pulak. Apakah tugas daun pisang?

DIN : Untuk membuat "tapai" cikgu..

CIKGU: Uiii, lagi bagus. Sila diri atas meja sampai tamat waktu kelass!
================================================================

Warna Surat


Ani : Mengapa engkau menulis surat dengan kertas berwarna Hijau
Muda?
Ena : Surat warna Hijau Muda itu bererti Aku Cinta Padamu
Ani : Kalau kertas itu bewarna Biru Muda apa ertinya?
Ena : itu melambangkan Suasana Pilu
Ani : Kalau kertasnya berwarna Merah?
Ena : Asmara Yang Membara
Ani : Kalau kertasnya warna Putih?
Ena: Suci, Bersih dan Jujur
Ani : Kalau kertasnya Kuning?
Ena: Melambangkan Hati Yang Gersang
Ani : Kalau Merah Jambu?
Ena: Sedang Jatuh Cinta
Ani : Kalau kelabu?
Ena : Melambangkan Hati Yang Sedang sedih
Ani : Kalau kertasnya Hitam?
Ena : Itu namanya kertas karbon.. bodoh

Wakakkakakaka................. :) 
 

HTML cursors

Gara-gara kepingin sekali mengganti gambar kursor di blog ini, akhirnya setelah googling kesana kemari nemu juga sebuah situs yang menyediakan banyak gambar-gambar kursor pilihan. Gambar kursor yang disediakan situs penyedia gambar ini http://www.totallyfreecursors.com/ banyak sekali, jadi kita tinggal memilih sesuai selera aja. Untuk cara memasang gambar kursor ini di blog, kita harus menambahkan sedikit saja kode CSS supaya bisa dipasang pada template. Dibawah ini ada beberapa sample gambar untuk kursor yang saya ambil berikut URL alamat kursor tersebut.
              URL : http://downloads.totallyfreecursors.com/thumbnails/monkey-ani.gif
                URL : http://downloads.totallyfreecursors.com/thumbnails/aliendance.gif
                URL : http://downloads.totallyfreecursors.com/thumbnails/tail2.gif
                URL : http://downloads.totallyfreecursors.com/thumbnails/banana1.gif
                URL : http://downloads.totallyfreecursors.com/thumbnails/bullseye-ani.gif
               
Cara mengganti gambar kursor di blog :
1.    Login ke dashboard blogger anda.
2.    Pilih Rancangan > Edit HTML, centang Expand widget template.
3.    Carilah kode </head> pada template anda dengan menggunakan Ctrl F.
4.    Copy kode CSS dibawah ini dan letakkan tepat diatas kode </head> .

<style type='text/css'> HTML,BODY{cursor: url(&quot;http://downloads.totallyfreecursors.com/thumbnails/sweden.gif&quot;), auto;} </style>
5.    Simpan template anda dan lihat perubahan pada gambar kursor
6.    Jika sobat ingin mengganti gambar kursor dengan gambar yang lain, sobat tinggal ganti URL gambar yang berwarna merah dengan URL gambar pada sample diatas atau sobat bisa langsung browsing sendiri ke TKP di http://www.totallyfreecursors.com/