Kita sebagai umat Nabi Muhammad saw. sangat bersyukur diberikan ‘kado isitmewa‘
yang tak tertandingi oleh apapun didunia ini , dimana kado ini
langsung diberikan oleh Allah swt. kepada beliau. Betapa tidak kado ini
bisa membuat yang menjalankannya mendapat keberkahan, baik berkah dunia
maupun akhirat. Kita coba ibaratkan kado ini sebagai pemberian sang
raja, tentu kita sangat bahagia sekali. Diundang lalu mendapat hadiah
pula. Inginnya sih … sesering mungkin kita dipanggil oleh raja
tersebut. Nah… sekarang kita asosiakan hal tersebut terhadap kado ini.
Allah swt. , Sang Raja diantara semua raja didunia mengundang kita tiap
hari sebanyak 5 kali. Bagi mereka yang mampu merasakan nikmatnya kado
ini tentu akan dengan segera memenuhi ajakan tersebut dan berusaha untuk
mengisi urutan pertama.
Aspek apa saja yang terkandung dalam kado tersebut :
“
14. Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak)
selain Aku, Maka sembahlah aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat
aku.
15. Segungguhnya hari kiamat itu akan datang aku merahasiakan (waktunya) agar supaya tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang ia usahakan.”
Aspek apa saja yang terkandung dalam kado tersebut :
- Aspek Olahraga :
Gerakan – gerakan shalat tidak dibantah lagi mampu memberikan efek positif bagi kesehatan jasmani dan rohani. Posisi berdiri tegak dan sujud mampu memperlancar peredaran darah. Bagian yang mendapat asupan darah terkecil adalah pada bagian ujung tubuh. Saat berdiri peredaran darah menuju ujung kaki mampu terisi dengan cukup dan pada saat sujud asupan darah ke otak pun menjadi
tercukupi. Sementara ruku mampu memperbaiki tulang – tulang pungung yang tidak berada pada posisi semestinya.
- Aspek Releksasi Otot :
Releksasi dipercaya mampu mengobati penyakit hati seperti marah, benci, sinis. Otot yang kencang akan memancing peredaran darah tidak stabil dan memancing emosi untuk bertindak diluar batas kewajaran. Selain itu juga mampu meraih ketenangan, kesabaran, meredakan ketegangan sehingga menormalkan sekresi hormon untuk mendapatkan keseimbangan hormon dalam tubuh. - Aspek Releksasi Panca Indra :
Berapa seringnya panca indra ini digunakan untuk maksiat, baik disadari maupun tidak. Shalat adalah saat yang tepat untuk mengembalikan fungsi fitrahnya. Manakala kita takbiratul ihram, maka rasakanlah ruh ini naik ke langit menuju kehadirat Ilahi rabbi sehingga panca indra saat itu terlepas dari ketegangan dan tekanan dari dalam maupun dari luar. Rasakan ketenangan yang ditimbulkan saat otak ini memancarkan gelombang tetha. Refleksikan gerakan – gerakan lengan saat takbir, ruku’, dan sujud dengan mengatur irama napas dan tuma’ninah. Insya Allah akan diperoleh ni’matnya berdialog dengan Sang Raja. - Aspek Meditasi :
Lebih dulu mana Shalat dengan Yoga dan yang sejenisnya? Tentu shalat bukan? Maka tidaklah mengherankan jika shalat mampu meraih manfaat yang lebih daripada sekedar Yoga. Meditasi shalat mampu meraih ketenangan jiwa dan bathin karena pada saat khusyu’ qalbu kita secara fitrah akan menghadap Sang Khaliq. Bukankah pada saat penciptaan awal ruh kita bersaksi kepada-NYA bahwa Dia-lah Tuhan langit dan bumi dan yang berada diantaranya ? Dia-lah tempat kita kembali dan tiada daya dan upaya bagi kita tanpa kekuasaan dari-NYA. - Aspek Auto-Sugesti:
Sungguh shalat menyadarkan kita agar tetap berada dijalan Allah swt. Bukankah bacaan – bacaan shalat yang selalu diulang – ulang ini mengajak kita agar tetap berada dalam naungan Allah swt. Sadar atau tidak bacaan tersebut telah menyelamatkan diri untuk selalu berbuat positif dan memupuk sifat – sifat positif secara alam bawah sadar kita dan shalat merupakan ‘ charger‘ yang paling berguna bagi qalbu dan ruh. - Aspek Pengakuan dan Penyaluran Emosi :
Sejatinya shalat adalah media komunikasi hamba kepada Tuhannya untuk mengutarakan perasaan dan suasan hati, kesulitan , kebahagiaan, bahkan kesenangan yang sedang dialami. Shalat sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah dan sekaligus sebagai penanda kelemahan seorang manusia tanpa bantuan Tuhan. Ketika ruku kita mengakui kesucian Allah sehingga diharapkan kita mampu menyadari diri betapa kotornya diri ini dengan dosa – dosa yang melekat pada qalbu dan dengan kerendahan diri kita memohon dibersihkan noda – noda hitam tersebut dari qalbu. Begitu pun saat bersujud, kita mengakui keMahatinggian kekuasaan-NYA dan menyadari betapa tidak berartinya kekuasaan kita dihadapan-Nya sehingga timbul rasa malu dan tidak angkuh dalam diri. - Aspek Pembentuk Kepribadian :
Ada banyak bentuk kepribadian yang diraih dari shalat, seperti :
- disiplin : melaksanakan shalat tepat waktu, bukankah amalan yang paling dicintai Allah adalah shalat tepat waktu. Orang yang sudah bisa shalat tepat waktu, dia akan istiqamah dengan kedisiplinan pada aktifitas lainnya
- taat asas dengan bacaan shalat : setiap bacaan shalat dia resapi dan tunduk dengan apa yang dibacanya
- jujur : merasakan bahwa diri ini adalah hamba yang lemah dan butuh pertolongan Tuhannya selama didunia.
- cinta kebersihan : wudhu mampu menciptakan kebersihan jasmani dan pakaian serta tempat shalat
- kedamaian : shalat harus dilaksanakan dengan tuma’ninah
- ketundukan : tidak ada hukum yang lebih tinggi selain hukum Allah,
- mengakui kelemahan diri .
- Shalat pun mampu memberikan keistiqamahan dalam beribadah.
Sebagai kesimpulan shalat yang
dilaksanankan dengan khusyu’ mampu memberikan kesadaran tertinggi bagi
yang menjalankannya terhadap jati diri sebenarnya, yakni hamba Tuhan
yang selalu membutuhkan syafa’at. Manusia sering kali lupa diperdaya
oleh keindahan dan kebahagiaan dunia yang menipu ini, dengan shalat kita
diingatkan kembali tujuan kita didunia ini yang sebenarnya.
“
15. Segungguhnya hari kiamat itu akan datang aku merahasiakan (waktunya) agar supaya tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang ia usahakan.”
(QS : Surat Thaha 14)
Jika kita sudah menyadari betapa pentingnya shalat, maka dia akan mencintai shalat. Jika shalat sudah dicintai, maka dia akan merasa selalu berkomunikasi dengan Allah swt. diluar shalat, merasa selalu diawasi dan didengar ucapannya. Inilah kesadaran yang mampu dicapai oleh para nabi dan orang – orang shaleh. Islam menyebutnya ihsan. Ketika hidup sudah ihsan, niscaya hidup akan terarah dan damai.
Semoga Allah memasukkan kita kedalam golongan orang – orang yang ihsan. Amien
Demikian semoga bermanfaat.Jika kita sudah menyadari betapa pentingnya shalat, maka dia akan mencintai shalat. Jika shalat sudah dicintai, maka dia akan merasa selalu berkomunikasi dengan Allah swt. diluar shalat, merasa selalu diawasi dan didengar ucapannya. Inilah kesadaran yang mampu dicapai oleh para nabi dan orang – orang shaleh. Islam menyebutnya ihsan. Ketika hidup sudah ihsan, niscaya hidup akan terarah dan damai.
Semoga Allah memasukkan kita kedalam golongan orang – orang yang ihsan. Amien
Tidak ada komentar:
Posting Komentar